contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Selasa, 02 November 2010

Ketika masih kecil Gordon Ramsay, kelahiran Johnstone, Skotlandia 1966, menganggap hidupnya tak punya harapan. Ayahnya tidak punya pekerjaan tetap. Suatu kali jadi manajer kolam renang, di lain kali jadi tukang las hingga penjaga toko. Sudah begitu, sang ayah pemabuk. Ia sendiri menggambarkan masa kecilnya sebagai penuh kekerasan dan ditelantarkan ayahnya.


Salah satu harapannya adalah bisa menjadi pemain sepak bola profesional. Untuk mewujudkannya ia berlatih keras sejak kecil. Hasilnya, pada usia 12 tahun ia sudah dipercaya memperkuat tim sepak bola di bawah usia 14 tahun di sebuah klub di negaranya, Skotlandia.


Sayangnya prestasinya melempem setelah ia sering cedera. Padahal saat itu ia sudah menjadi pemain yunior di tim sepak bola kenamaan Skotlandia, Rangers. Bahkan ia sudah dikontrak sejak usia 15 tahun. Inilah yang membuatnya berani meninggalkan rumah dan tinggal sendiri di sebuah flat.


Hanya saja karier sepak bolanya berakhir gara-gara cedera yang tak bisa disembuhkan. Pada saat menyadarinya cedera lututnya, ia memaksakan diri terus bermain. Akibatnya, cederanya makin parah.


Untungnya ada "pelampiasan" lain. Gordon Ramsay suka memasak. Bahkan ia tertarik untuk belajar masak secara profesional di sebuah sekolah kuliner. Sebenarnya ia tertarik jadi polisi atau marinir namun pendidikannya tak cukup. Akhirnya ia memilih sekolah manajemen perhotelan dengan biaya dari Rotary Club.


Akhir 1980-an, ia sudah bisa jadi chef di sebuah restoran di Inggris. Untuk lebih meningkatkan kariernya menjadi koki internasional, ia mengambil sekolah French Cuisine. Untuk itulah ia harus pergi ke Perancis. Di sana sambil bekerja ia sekolah kuliner. Selain itu ia juga bisa berkawan dengan sejumlah chef kenamaan Perancis.


Tahun 1993, Ramsay kembali ke London. Ia kemudian diajak sejumlah pengusaha mengelola restoran dengan iming-iming mendapatkan saham kepemilikan. Dari sana, mulailah ia menjadi chef sekaligus pengusaha restoran. Bahkan ia bisa mendirikan restoran sendiri bekerja sama dengan mertuanya, Chris Hutcheson.


Kini Gordon Ramsay mengelola bisnis restorannya di bawah perusahaan miliknya, Gordon Ramsay Holdings Limited. Selain mengelola puluhan restoran di berbagai kota di dunia, perusahaan ini juga mengelola program televisi dan bisnis konsultan. Di perusahaan ini Ramsay menguasai 69% saham senilai 67 juta poundsterling atau sekitar Rp 938 miliar, sedangkan sisa sahamnya dimiliki mertuanya. Laki-laki yang masa kecilnya menderita ini, berhasil mendaki kehidupannya hingga sampai di puncaknya saat ini.

0

0 komentar:

Base Jam ~ Bukan Pujangga

Get more songs & code at www.stafaband.info
1 komentar anda = 1 Backlink
Kapan lagi dapat backlink segampang ini
Keep Comment

Followers

My Award

Photobucket