Kita bisa memilih jadi orang yang bahagia atau jadi orang yang tidak bahagia. Tak perlu menyalahkan faktor eksternal karena ternyata kebahagiaan itu adalah pilihan yang bisa diperjuangkan dengan sejumlah langkah. Jika mau bahagia, ada 7 langkah yang pantas dipertimbangkan diikuti.
"Kebahagiaan itu ibarat kupu-kupu. Makin sering kita memburunya, makin pintar ia mengelak dari kita. Tetapi jika kita alihkan perhatian pada hal lain, ia justru datang dan duduk manis bersandar di bahu kita," ujar penulis Henry David Thoreau.
Kita punya pilihan apakah mau hidup bahagia atau tidak bahagia.Kita bisa mati-matian mengejar kupu-kupu dan kebahagiaan tak pernah diraih, atau duduk manis dan kebahagiaan datang dengan sendirinya. Tetapi bagaimana caranya agar kebahagian menghampiri kita?
Penelitian menunjukkan bahwa bakat untuk menjadi orang yang bahagia, untuk sebagian besar kasus, ditentukan oleh faktor genetik orang bersangkutan. Psikolog Prof. David T. Lykken, penulis Happiness: Its Nature and Nurture,menyebutkan, "Mencoba untuk menjadi orang yang lebih bahagia seperti mencoba untuk jadi orang yang lebih tinggi".Masing-masing dari kita sudah punya batasan bakat bahagianya masing-masing.
Tetapi sejumlah psikolog yang meneliti soal kebahagiaanpercaya bahwa kita bisa mengejar kebahagiaan itu sampai optimal untuk masing-masing diri kita. Kita bisa melakukannya dengan membendung emosi negatif seperti pesimis, benci, dendam, dan marah. Kita juga bisa mengembangkan emosi positif, seperti empati, hidup tenteram, dan terutama belajar bersyukur. Berikut ini 7 tahap untuk menemukan kebahagiaan itu.
1. Don't Worry, Choose Happy
Tahap pertama adalah menetapkan pilihan dengan sadar bahwa kita ingin mendapatkan kebahagiaan. Dalam buku The Conquet of Happiness, Bertrand Russell mengatakan, "Kebahagiaan itu bukan sesuatu yang jatuh ke mulut seperti buah yang matang. Kebahagiaan itu lebih merupakan pencapaian dibanding sebagai hadiah dari Tuhan. Dalam hal ini merupakan perpaduan antara usaha internal dan eksternal kita."
Belakangan para psikolog yang meneliti soal kebahagiaan sependapat dengannya.Menjadi bahagia itu ditentukan oleh niat dan komitmen menggapainya. "Itu merupakan pilihan yang disadari melalui sikap dan kelakuan," kata mereka.Pilihlah keinginan menjadi bahagia sebagai target tertinggi. Selanjutnya, cari cara untuk mempelajari bagaimana menggapai kebahagiaan itu. Misalnya, dengan melakukan program ulang mengenai keyakinan dan nilai-nilai diri kita. Pelajari keterampilan manajemen diri, tambah kemampuan hubungan antarpersonal, dan tingkatkan keterampilan yang mendukung karier kita.Orang yang bahagia adalah orang yang berbuat sesuatu dengan benar dan menumbuhkan nilai-nilai dirinya. Para psikolog percaya, sekali kita menetapkan target tertinggi kita adalah kebahagian, kita dengan sendirinya akan mencari strategi untuk mencapainya.
2.Tanamkan Sikap Selalu Bersyukur
Dalam bukunya Authentic Happiness, psikolog University of Pennsylvania Martin Seligman mendorong para pembacanya agar setiap hari belajar bersyukur. Ini sepertinya hal mudah. Namun banyak orang justru mengabaikannya.Buatlah daftar dari berbagai hal yang membuat kita pantas bersyukur dan berusahalah mensyukurinya. Ini akan mendorong orang menjauh dari sikap benci dan putus harapan yang akan mendorong kebahagiaan.
3.Kembangkan Sikap Mudah Memaafkan
Memelihara sikap pendendam dan suka berkeluh-kesah dapat mempengaruhi psikologi dan kesehatan kita. Satu cara untuk menguranginya adalah dengan mencoba mengembangkan sikap mudah memaafkan. Hal ini akan mengurangi berkembangnya kebencian dan dendam. Dalam bukunya Five Steps to Forgiveness, psikolog Everett Worthington, menyarankan lima tahap untuk bisa memaafkan. Pertama, ingat rasa sakit. Kemudian berempatilah dan coba pahami dengan mengambil sikap kita menjadi pelaku kejahatan. Lalu bayangkan ketika kita dimaafkan. Setelah itu berkomitmenlah bahwa rasa maaf itu akan diucapkan. Terakhir, cobalah memaafkan. Jangan terpaku pada kemarahan, sakit hati, dan keinginan untuk balas dendam.
4.Mengurangi Pikiran dan Perasaan Negatif
Dalam bukunya The Happiness Hypothesis,Jonathan Haidt membandingkan pikiran dengan orang yang sedang mengendarai gajah. Gajah menunjukkan kekuatan pikiran dan perasaan (sebagian besar tak disadari) yang mengendalikan kelakuan kita. Orang, meskipun kadang lemah, dapat mengendalikan gajah, persis seperti kita dapat mengendalikan pikiran dan perasaan negatif. "Kuncinya adalah komitmen untuk melakukan sesuatu demi melatih sang gajah," katanya. "Banyak hal yang bisa kita lakukan. Caranya hanya lakukan saja." Kadang mungkin perlu belajar bagaimana mengurangi pikiran negatif, tetapi sering kali malah dengan hanya membaca suatu buku pengaruh positif sudah bisa kita dapat.
5.Ingatlah, Uang Tak Bisa Membeli Kebahagiaan
Riset menunjukkan bahwa sekali pendapatan kita meningkat melewati ambang batas kemiskinan, memiliki kelebihan uang hanya membawa sedikit tambahan kebahagiaan. Tetapi kita tetap memegang asumsi bahwa meski barang yang dimiliki terbukti tak membawa kebahagiaan sepenuhnya, kita selalu menganggap itu salah, dan kita tak mau mengakui kalau mengejar kebahagian (dengan membeli barang) itu adalah usaha sia-sia. "Terlepas dari bagaimana kita mencapai pengejaran barang yang kita impikan, hal itu tak selalu membawa kebahagiaan yang abadi," katanya.
6.Kembangkan Persahabatan
Ada beberapa obat penawar ketidakbahagiaan dibanding memutus pertemanan dengan orang yang peduli pada kita, kata David G. Myers, penulis The Pursuit of Happiness. Sebuah penelitian di Australia menemukan bahwa orang-orang di atas 70 tahunyang memiliki jaringan pertemanan yang kuat lebih panjang umur. "Sayangnya, kehidupan masyarakat kita sekarang justru makin individualistik di mana sejumlah ahli percaya bahwa hal itu justru menjadi wabah depresi. Padahal jalinan sosial bisa menjadi penyedia dukungan di saat kita mengalami waktu-waktu sulit," katanya.
7.Ikuti Kegiatan yang Berarti
Orang jarang bahagia ketika sedang terbawa arus. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pikiran butuh tantangan untuk menyerap sesuatu yang bermakna. Meski kegiatan berlehan-leha dengan hanya menonton televisi bisa mendatangkan kebahagiaan, tetapi itu termasuk ke dalam level kebahagiaan paling rendah. Untuk meraih kehidupan yang lebih bermakna kita perlu melakukan sesuatu di dalamnya seperti membantu orang. Memang itu memerlukan investasi awal berupa perhatian, tetapi akhirnya kita akan mendapat kesenangan darinya.
Nah, karena bahagia itu pilihan, kita bisa memilihnya menjadi orang bahagia atau tidak bahagia. Anda temasuk mana saat ini?