Di manakah letaknya kebahagiaan itu? Kita mencarinya ke mana-mana. Ada yang menganggap kebahagiaan itu ada ketika kita berlimpah harta. Karena itu kita mencari dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Namun ketika harta berlimpah, kita justru gelisah karena takut ada pencuri yang akan mengambil harta kita. Bahkan begitu takutnya harta berkurang kita sampai tak mau berbagi dengan sesama. Bahagia pun tak dapat diraih.

Sebagian lain menganggap kebahagiaan itu didapat ketika kita memperoleh kedudukan yang tinggi. Namun kerap kali, kedudukan tinggi tak juga diikuti kebahagiaan karena kita selalu menganggap setiap orang adalah pihak yang akan merebut kekuasaan. Kita jadi selalu curiga, mudah tersinggung, dan hati kita selalu tertutup terhadap orang lain. Bukan kebahagiaan yang didapat, namun kegelisahan yang berkepanjangan.

Lalu, di manakah kebahagiaan itu?

Saya mengambil ilustrasicerita di mana ada seorang anak muda yang merasa tidak bahagia tetapi melihat kenapa orang lain kok bisa bahagia. Ia mencoba mencari tahu dengan bertanya pada banyak orang apa rahasia bahagia itu.

Suatu kali sang pemuda bertemu seorang pembuat seruling yang sedang menyanyikan lagu dengan indah dan tampak bahagia memainkannya. Lalu ia mencoba menanyakan dari mana asal kebahagiaan itu.

"Anak muda, bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada pada lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan, buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal apa itu bahagia," ujar si pembuat seruling.

Membuka hati, itulah rahasianya. Membuka hati berarti kita bisa menerima apapun pencapaian kita saat ini setelah berikhtiar dengan kerja keras. Dengan demikian kita mampu menikmati hidup ini secara positif. Dengan sikap mental hidup seperti ini, tentu setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.